Beranda
Profil
Profile
Visi dan Misi
Struktur Organisasi
Tupoksi
Layanan Publik
Produk Layanan
Pengaduan Publik
Survey Kepuasan Masyarakat
Regulasi
Berita
Grid Version
Galeri
PPID
Pengaduan Publik
×
Beri Penilaian Kepada Kami!
Kritik dan Saran Anda.
Catatan:
*Data Pribadi anda terjamin!
Sampaikan
(0233) 662881
Tomo, Sumedang Regency, West Java 45382
https://tomokec.sumedangkab.go.id/
Galeri Publik!
Home
Page
Galeri Publik
Pelantikan dan Pengukuhan Pengurus PAAREDI CEKAS Kecamatan Tomo
SABACA TAMPOMAS (Sapoe Bareng Camat Tomo Tandang Ngembangkeun Potensi Masyarakat)
Destinasi wisata Agrobisnis petik Mangga Sendiri yang masih dalam proses Pengembangan, Lokasi Destinasi Wisata ini terletak di pinggir jalan raya Provinsi, Gendeng Desa Karyamukti Kecamatan Tomo Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Untuk loaksi yang strategis serta parkir yang begitu luas. Adapun Prospek yang bisa Dikembangkan diantaranya : 1. Rest Area 2. Petik Buah dengan Sendiri 3. Galping & Camping 4.Outbond 5. Kuliner. Semoga Destinasi wisata yang satu ini cepat selesai dan menjadi salah satu objek wisata yang unggul. Termikasih.
Tomo- Museum Situs Purbakala Lembah Cisaar berada di Kantor Desa Jembarwangi, Kecamatan Tomo diharapkan menjadi tujuan wisata baru dan menjadi pendongkrak kesejahteraan warga. "Saya berharap dengan dibangunnya Museum Situs Lembah Cisaar ini, kesejahteraan masyarakat Desa Jembarwangi semakin meningkat. Ini salah satu pintu menuju kesuksesan kemajuan desa," kata Wakil Bupati Erwan Setiawan saat meresmikan museum tersebut, Kamis (24/8/2023). Menurutnya, akses berupa infrastruktur jalan menjadi hal utama untuk kemajuan Museum Situs Lembah Cisaar. "Jalan utamanya insyaallah tahun ini beres dari Jatigede sampai Tolengas. Sudah dianggarkan dan berjalan perbaikannya. Tinggal nanti jalan menuju Desa Jembarwangi," ujarnya. Wabup pun mengucapkan terimakasih atas kinerja jajaran Museum Geologi Bandung dalam mewujudkan museum tersebut. "Terima kasih kepada rekan-rekan dari Museum Geologi Bandung dan stakeholder terkait dalam pembangunan dan penemuan fosil sejarah di Desa Jembarwangi ini," ucapnya. Dikatakan Wabup, di wilayah Desa Jembarwangi masih banyak terdapat peninggalan-peninggalan pra sejarah. "Saya berharap Satgas Kepurbakalaan bisa melindungi fosil maupun benda sejarah yang ada di Jembarwangi. Kerja sama dengan masyarakat. Jangan sampai mau diiming-imingi oleh pihak luar yang tidak bertanggung jawab. Kalau ini sudah dibeli oleh pihak luar, akan merugikan kita semua," ujarnya. Kepala Museum Geologi Bandung Isnu Hajar Sulistyawan mengatakan, Lembah Cisaar meliputi beberapa dusun di wilayah Jembarwangi. "Kami telah sampai titik ini bisa membantu Pemda Sumedang untuk melakukan konservasi sekaligus pengelolaan fosil-fosil yang ditemukan di wilayah ini," katanya. Ia berharap, Museum Situs Lembah Cisaar bisa memberikan manfaat kepada masyarakat Jembarwangi dan Kabupaten Sumedang maupun bangsa Indonesia. "Ini sebagai wahana untuk mendapatkan pendidikan dan pengetahuan tentang kegeologian. Museum Geologi, Badan Geologi dan Kementerian ESDM akan selalu berkomitmen untuk bisa memberikan bantuan secara teknis, memberikan pendampingan terhadap pengelolaan dan konservasi fosil-fosil dan temuan geologi yang ada diwilayah ini," harapnya. Museum Lembah Cisaar semakin berkembang dengan pengelolaan yang baik. "Semua pihak harus bersama-sama, bahu membahu bagaimana meningkatkan kapasitas perekonomian terutama di wilayah Desa Jembarwangi dan sekitarnya. Semoga bisa membawa mangfaat bagi semuanya," tuturnya. Kepala Desa Jembarwangi Pitriani Dewi mengapresiasi seluruh tokoh dan masyarakat Desa Jembarwangi yang telah mengizinkan kantor Desa dijadikan Museum Lembah Cisaar. "Awalnya yang dijadikan museum ruangan Kantor Kepala Desa Jembarwangi, ruang pelayanan dan ruang Sekdes. Sekarang dipermak menjadi museum Lembah Cisaar," ujarnya. Dengan diresmikannya Musem Lembah Cisaar, Kades berharap ke depannya ekonomi masyarakat di wilayah Jembarwangi meningkat. "Saya berharap perekonomian ekonomi masyarakat Jembarwangi bisa meningkat dengan adanya museum ini," katanya Museum Situs Lembah Cisaar mempunyai koleksi Gading Gajah purba Stegodon, Fosil tempurung kura-kura purba, gigi buaya, banteng, babi, rusa dan gigi hiu. Semua fosil tersebut ditemukan baik di permukaan maupun tertanam dalam batuan. Temuan fosil di Lembah Cisaar diawali pada Tahun 2004 berupa rahang stegodon ditemukan oleh peneliti ITB dan seorang peneliti Jerman DR. Cristien. Tampak hadir dalam peresmian museum, Wakil Ketua DPRD Sumedang Titus Diah, perwakilan dari Kementerian Desa Republik Indonesia, jajaran Museum Geologi Bandung, jajaran Disparbudpora Kabupaten Sumedang beserta tamu undangan lainnya. [*] (penerbit: sumedangkab.go.id)
MENDENGAR kata Marongge sebagian besar orang teringat sesuatu yang bersifat mistis, yaitu pelet Marongge. Terlepas benar tidaknya pelet Marongge dipercayai sangat manjur untuk memikat lawan jenis, namun yang jelas selalu ada yang tertarik untuk mendapatkan pelet tersebut. Marongge itu adalah nama sebuah desa yang berada di Kecamatan Tomo Kabupaten Sumedang. Di Desa Marongge ada makam yang dikeramatkan dan diyakini petilasan tersebut sebagai ujung dari asal-usul pelet Marongge. Tempat tersebut lebih di kenal sebagai makam kramat marongge, tempat wisata ziarah di Sumedang. Kuncen makam kramat marongge H. Maman menceritakan, sejarah makam Marongge tak lepas dari kisah legenda Mbah Gabug dan tiga saudaranya Mbah Setayu, Mbah Naibah dan Mbah Naidah, mereka prajurit perempuan Mataram yang ditugaskan untuk menaklukan kerajaan Panjalu. “Mereka gagal melaksanakan misinya menaklukan kerajaan Panjalu, dan memilih tidak kembali ke Mataram karena tahu hukuman yang gagal melaksanakan misi adalah hukuman mati. mereka pun tinggal di sebuah desa yang sekarang bernama Marongge,” ceritanya. Kata Marongge, berawal ketika Mbah Gabug menghilang selama tiga tahun empat puluh satu hari dan ditemukan saudaranya dalam keadaan tafakur. kondisi mbah Gabug hampir kelihatan meninggal. Mereka mendengar suara gaib yang memerintahkan ketiga saudara mbah Gabug untuk mencari kilaja susu munding sebagai obat bagi mbah gabug. Setelah sembuh Mbah Gabug menyuruh ketiga saudaranya menggali tanah bekas dirinya ditemukan terbaring. Setelah selesai, Mbah Gabug masuk ke dalamnya dan memerintah ketiga saudaranya untuk menutup lubang dengan rengge (sejenis ranting bambu haur), setelah itu ketiganya disuruh pulang. Karena penasaran dengan apa yang akan dilakukan mbah Gabug, ketiga saudara ini kembali ke tempat itu menjelang tengah malam. Dan mereka sungguh terkejut ketika dari tempat itu terlihat merong (cahaya memancar). Akan tetapi tubuh Mbah Gabug tidak kelihatan lagi. “Akhirnya nama itu hingga kini disebut Marongge. Berasal dari kata merong dan rengge. menurut cerita turun menurun,” katanya. Berbagai alasan dan tujuan makam kramat marongge selalu ramai dikunjungi oleh peziarah terutama pada malam Jumat kliwon. Bukan hanya dari wilayah sumedang banyak juga peziarah dari luar kota. Pemerintah Kabupaten Sumedang menempatkan Makam Kramat Marongge sebagai tempat wisata ziarah di sumedang.
Sekilas tentang Kecamatan Tomo
← Previous
1
2
Next →